Self-Proclaimed Bullshits

Gue kembali dihadapkan pada kondisi di mana gue merasa annoyed as hell berkat temen-temen yang bahkan gue udah anggep udah kayak saudara. Coz we hang out more often than my friends at Senior High.

Semenjak "bunga" yang baru mekar (kalo kalian inget postingan ke-22), gue jadi deket banget sama cewe ini. Orang bahkan sampe bilang kalo kami itu udah jadian.

Wait, what? It's just still a month, why the rush?

Tindakan gue berkata lain, sih. Kami bahkan udah sampe holding hands, cuddling each other whenever chances come their way. Cuma emang kadang dia suka gamau gara-gara orang liatin, tapi masih aja dilanjutin tangan gue dipegang, gamau dilepas.

Jujur gue paham kalo tindakan kami udah di luar batas wajar. Soalnya status kami masih "pendekatan". Kenapa gue bilang judul hari ini kayak begitu? Ini ceritanya.

Semenjak gue deket sama cewe ini, tim yang semula ngebantuin cewe ini buat menjauh dari satu cowo (yang akan gue ceritain abis ini) jadi malah suka ngaku-ngaku jadi "nyamuk", sok-sok ngejauh dari gue kalo lagi deket sama cewe ini, alesannya biar bisa berduaan. Padahal kami aja belom pacaran.

Gue risih. Karena gue punya pikiran kalo emang kami udah pacaran, wajar kalo mereka ngaku jadi "nyamuk" terus menyingkir biar kami bisa Quality Time bareng. Tapi tiap kali ada kesempatan di mana gue sama cewe ini berdekatan satu sama lain, mereka langsung jadi kayak, "oke mulai sekarang gua gamau deket-deket lagi sama Peter kalo lagi sama (cewe ini)". (demi kenyamanan cewenya sementara gue sensor).

Honestly, I don't want my friends to think like that. Why would they be like that? Mungkin tindakan yang kami lakukan dekat mereka jadi buat mereka kayak begitu, but still...

Wong dia masih gamau punya status hubungan kok. Ya ada beberapa alesan dari dia yang buat begitu, sama kayak gue, tapi kami aman-aman aja sepanjang bulan pendekatan ini.

Next, we have that one guy. Gue ga mau ngejelekin orang, karena gue sendiri jelek. Tapi kalo liat ini orang gue pengen banget maki-makinya.

Berawal dari sebuah komunikasi kecil yang membuat cewe yang sekarang nempel sama gue, gue jadi tau kalo dia orangnya gimana. Well, why not, he's way too pervy when it comes to girls. Dan kemungkinan besar kadar dopamin di otaknya udah melebihi kadar lemak yang tersebar di seluruh tubuhnya. I can really say that the destructive point of his PFC has reached far more beyond mine. I can really say that.

Untuk beberapa alasan pula gue risih sama ini orang, karena dia ngaku-ngaku rajin dan bukan pemalas, tapi yang dia namakan "kesibukan" itu cuma "ena-ena" tengah malem, hangout sama anak-anak di suatu tempat, sampe kerjaan aja ditinggal gara-gara kesibukan ini.

Kenapa gue bisa tau, ya berkat cewe ini.

Gue dulu juga suka ngaku-ngaku, dan itu bener-bener ga enak. Apa yang lu rasa benar pasti berbanding terbalik sama yang orang lain liat dari diri lu. Alhasil gue ga punya temen yang bener-bener click di jaman sekolah. (yah malah curhat si kutu..)

Any-many-ways, the story of my life keeps moving, rolling new blank sheets for me to fill with all kinds of adventure waits ahead. Gue sih bersyukur, karna Tuhan gue masih bisa bangun tiap pagi dan liat notifikasi dari temen-temen dan my new flower di hape gue. Dan juga gue masih bisa bertahan di hari-hari kuliah begini, karena jujur gue masih gabisa apa-apa di sana, bergumul sama Algoritma which means a whole new level of Boss enemy.

I think that's all. I couldn't have gotten this far without you guys my lovely readers. See you on the next post, adios~

Comments