Starting New

Alright. You chose to end it yourself, so let's just wrap it up.

Gue akhirnya liburan kuliah juga, setelah sekian lama menderita sakit akibat "temen kelas" yang tiap hari ada aja kelakuan yang bisa bikin gue keki, kecapekan kuliah, sama kehidupan cinta gue yang kian tidak sehat.

Maksud ga sehat di sini simpel kok. Gue sama dia lama-lama renggang. Isi chat yang semakin memendek seiring dia bales gue pake stiker doang, literally every single moment. Kalo ga stiker, bales pendek, dan itu cukup membuat gue keki. Karena dia sendiri bilang dia suka sama gue, but I think she's bluffing. She said that she's embarrassed. So, that means  even 3 months of getting to know each other better is not enough?

Malem kemaren, tepat di hari ibu internasional. Dia akhirnya menyatakan kalo dia mau hubungan ini berakhir. I feel relieved, because I don't have to be the first one to say that. But in the end I'm suffering because I lost someone again. In the end, I have to get away from getting close to a girl. And yet again, I have to once again become single.

Tenang, gue ga anggap ini sebagai penolakan. Karena dia sendiri sadar kelemahan dia yang gue udah usahakan sebaik mungkin untuk menerima dan mencoba untuk merubahnya menjadi sedikit lebih baik tapi gaada efek sama sekali. Emang pada dasarnya dia batu kok. Dia terlalu manja, gaboleh dikerasin. Entah gue yang emang gabisa kasih perhatian ato dia sendiri unresponsive.

Capek, banget. Gue yang sakit gara-gara kecapekan kuliah, ngejer tugas apalagi tugas kelompok di mana yang kerjain gue semua, masih bisa ngeladenin dia nanyain gue tiap hari. Tapi yang ada gue juga yang nyariin, dia bales lama, banget. Even the chat still goes on if I keep on track. If not, she just won't bother. Gue bahkan rela tungguin dia sampe mau tidur gara2 gue paksa tidur gamau pas hari udah mau ganti, disuruh makan mandi mager-mageran melulu, belom lagi selalu pesimis bilang gabisa ini itu tapi mimpi ketinggian mau masuk perusahaan yang bagus. Gue jadi teringat sama diri gue waktu masih SMP SMA, rotten pessimistic person to the core, to the point that no one would ever get me out of the slumber that I made by myself to keep me shut from other's opinion. Untungnya gue ga jadi orang aneh yang selalu bertingkah dan bikin orang keki dan risih liatnya.

Depresi, jelas. Gue harus kembali ke masa-masa di mana gue melarat jadi jomblo yang ngenes gila berharap bakal ada cewe yang bisa suka sama gue apa adanya. But yeah, everything won't go as we always plan or hope to be. There's always a form of difference. Ada enaknya sih. Gue ga harus pantengin layar hape lagi seharian cuma buat nungguin notifikasi dia bales gue setiap saat, karena jujur gue orangnya introvert, pasif, dan jarang berkomunikasi dengan dunia luar, except for games. Sedihnya adalah gue anak kuliahan jurusan game tapi cuma tau dikit, bahkan ga sampe 0,0005% dari apa yang temen-temen gue mainkan. Kalo lu liat gue di luar sama temen-temen akrab jadi bacot banget, paling banyak keluar suara, dan paling heboh, di rumah gue adalah anak yang paling diem, paling pasif, dan paling gaada suaranya. Paling ada suara kalo gue lagi mau makan, diajak ngobrol bokap nyokap, ato lagi berantem aja ama adek. Gue udah bener-bener terpaku sama layar laptop dan hape untuk sekedar main game atau baca novel yang gue punya di rumah atau buka kodingan buat tugas. Aside from that, kalian gabakal bisa mengharapkan gue buat angkat suara di rumah. Kecuali kalo ada temen dateng main. Udah pasti berisik.


But then, hari ini gue diingetin kembali bagaimana kasih Tuhan dalam hidup gue itu berlimpah. Gue dapet surat-surat dari kakak pembina gereja, ketua komsel, dan ketua tim divisi pelayanan yang gue ambil selama gue berjemaat di GPKdI Taman Surya. In the night, I got depression from finally cutting ties with her after 3 months worth of trying, but it was changed by the God's favor through me.


I've committed sin for more than I could count. Even more until the point I start wondering if God would really forgive me, because every time I pray to God for mercy upon my sin, few days later I'll do the same sin again and again.


Sesuai judul postingan kali ini, gue bakal bener-bener memulai baru semuanya. Gue sih percaya gaada yang namanya kebetulan, dan di bulan Desember ini gereja gue ngebahas soal kasih Tuhan, anak-anak favoritnya Tuhan, dan bagaimana cara kita untuk bisa mendapatkan kasih karunia supaya kita bener-bener bisa jadi anak-anak favorit-Nya. Oke ini bakal agak religius dari biasanya, gapapa kan ya? Well, I think that's okay, 'coz this is my blog, and my story platform. I can say whatever the hell I want, no?


Memulai baru, tentu aja gue bakal mengulang semua dari awal. Gue udah bener-bener ngerasain banyak banget berkat yang gue terima selama setahun ini. Kepergian nenek gue setelah 7 bulan sakit kanker paru-paru yang tak kunjung sembuh, dibeliin laptop sama bokap setelah pulang bikin SIM, bisa dapet beasiswa 100% masuk kuliah, masih bisa makan, jalan-jalan, jajan, ketemu temen baru, dapet gebetan baru walau akhirnya usaha gue harus pupus juga karena ketidakmampuan dan kelemahan gue, dapet hape baru seminggu setelah bokap ulang tahun, rekan-rekan di gereja yang beberapa membuat gue merasa punya rumah kedua, dan yang terpenting adalah, gue udah menulis setengah dari bab 18 buku kehidupan gue. Every person is their own main character in their own life, right? Gue bersyukur masih bisa nafas dan jalani hari dengan baik sampe detik ini, di mana gue masih bisa berbagi cerita dengan kalian para pembaca setia, yang beberapa dari kalian gue tau siapa, dan kalian yang mungkin ga gue kenal dan masih mau membuang waktu berharga kalian untuk membaca cerita anak kuliahan cemen yang main blog tidak pada waktu blog ngetren abis. Makasih loh. Jangan minta waktu kalian buat baca blog gue balik ya, gue bukan Tuhan.


Gue bener-bener diingetin dan dipukul keras tentang kelakuan gue selama setahun ini. Dan melihat apa yang gue udah lakuin di tahun-tahun sebelumnya. Begitu banyak kenangan yang sulit gue lupain, begitu banyak juga kenangan yang gue sengaja lupain, walaupun itu kenangan yang baik sekalipun. Gue juga inget ketika gue memasuki bab 17 di mana temen-temen cewe pada Sweet Seventeen, dan gue cuma dapet 3 undangan. Sekarang gue paham pentingnya berteman, juga pentingnya memilih teman. Karena gue yakin, 3 cewe yang ngundang gue ini adalah temen yang baik, anak yang baik-baik, yang bisa liat gue dari sini pandang yang berbeda dari apa yang selama ini orang lain lihat dari gue. Oh ya, gue ngomong ini karena gue paling inget sama kenangan ini, bukan berarti gue baper terus ngejer mereka, engga.


Gue mengulang semua dari awal. Ya, termasuk nyari cewe. Gue bakal refleksi diri, apa yang kurang dari gue sehingga cewe gamau, cara apa yang bisa gue pakai buat mendekatkan diri ke gebetan, gimana caranya supaya ga terlalu punya banyak masalah, dan gimana caranya gue bisa dapetin yang seiman, karena fokus utama gue nyari cewe dari dulu ya cuma ini nomor 1, gaada yang lain. Selera mah bisa belakangan, kalo emang ga dapet ya udah mau diapakan.....


"Segala sesuatu akan indah pada waktunya."


Gue pengen banget lanjutin cerita ini, kalo bisa gue pengen bikin ini jadi postingan terpanjang yang gue pernah bikin, tapi berhubung topiknya abis, jadi gue udahi dulu deh. Next up, I'll bring about my family. Hope it won't be boring..


As always, thank you so much for you all readers for my blog, for you all are willing to read my stories up until now. Without you all, I dunno what I'm gonna write, maybe this blog will go down long ago. That being said, Merry Christmas, and see you on the next post. Adios~

Comments

  1. Tetap Semangatt!!
    Tuhan selalu menyertaimu

    ReplyDelete
  2. Nice post. Always remember, the past is a good place to visit, but certainly not a good place to stay. I hope you see a better you in Jesus. Keep moving forward!

    ReplyDelete

Post a Comment