Untold Lies

-sighs- I can't really lie to myself, huh?

Kembali ke tempat ini. Kembali ke depan kanvas ini. Segudang unek-unek tiga minggu, gue akan bawakan buat kalian, my dearest readers.

Seperti yang udah kalian baca di postingan sebelumnya, gue singgung seseorang. Yah, gue lagi tertarik, kembali, sama seseorang. But, there's always one thing that stops me from getting close to her. What is it? Gue selalu takut. Untuk maju dan memberanikan diri untuk mendekatkan diri. Mungkin trauma masa lalu masih menghantui gue. I dunno, what do you think? Tiap kali gue ngobrol sama dia, pasti ada aja momen-momen di mana kami akan merasa topiknya abis dan, you know, just spamming stickers. Almost on any occasions. Alhasil obrolan kami selalu berakhir dengan salah satu dari kami yang "just read".


I said this, but there isn't the point. At least for today. Cerita gue hari ini, adalah kumpulan perasaan asli yang terpendam dan tertutup dengan perasaan palsu gue di permukaan. Ya, di depan semua temen-temen gue, gue berbeda.


Kekesalan gue dimulai pas ultah adek nyokap. Biasa, pakaian ya harus bagus, namanya ke kondangan kan. Tapi tetep makan-makan di restoran, ga mewah-mewah amat jadinya. Lagi makan, pelayan dateng nganterin salah satu menu berkuah. Teledor, nyenggol, tumpah ke nyokap. Yang jadi kekesalan adalah pas pelayan itu dimarahin ama ortu. Amarah layaknya setelan yang nyokap pake itu seharga tas Hermes yang disombongin sama pengacara SetNop (kalo kalian ngikutin berita pasti tau lah). Bokap nyamber juga, "mas, baru ya?" sambil ngegas. Untung pelayannya sabar, ketawain aja. Lah gue? Cuma bilang "ga sampe segitunya kali". You know, that my words could be considered as turning a blade against my parents, in front of their eyes? "Kok kamu sewot?"


Moody atmosphere came. Seminggu gue enggan ngobrol ama ortu. Toh tiap kali gue ngajak ngomong selalu berarah pada perkataan "kok ngotot" dan "kok sewot" sama ortu.


Belom lama salah satu temen terbaik gue nanya sesuatu. "Weh, Pet. Lu dah bisa lupain "W" belom? Soalnya dia udah ada yang baru..." Gue bilang aja "udah dari kapan nak, kenapa emang?" "yaa, gapapa ngasi tau aja."


At that time I was like, what was the purpose on you telling me that? It's not like that I'm still stuck on the past.


Gue mikir juga gitu.


Kenyataannya, beda.


Gue masih gabisa move on dari dia. Ya, dia. Dia yang mengakhiri hubungan gue dengannya saat gue menulis Starting New. Akhir-akhir ini, gue jadi sering liatin dia. Secretly, of course. Not even my closest friends here know that my new habit. Kenapa gue suka liatin dia dari kejauhan? Somewhere, deep inside my heart, I still long for her. I still long for her change. I still like her, no, I still have feelings of love for her. Even if it's wrong. Even when I almost put all my hatred and anger to her. Even when I almost dive in my own agony because of her. Gatau kenapa, tiap malam abis gue main sama temen-temen gue, baring di kasur, hati gue selalu ga tenang. Yang ada sesak. Ya.. Gue mau minta bantuan siapa soal ini? "Momma" lagi sibuk sama doi. Dan mungkin kebanyakan dari temen-temen gue bakal bilang kalo perasaan gue ini adalah sesuatu yang ga penting, ga guna.


Deep inside, God might be telling me that hating isn't the option. I gotta let go fully of my hatred. Entah kenapa sabtu kemaren, pendeta tamu "menendang" penuh pemikiran gue soal cewe. "She's not lucky to have me.", he said. You know, becoming better doesn't mean like you're becoming a different person than before. Gue sadar selama ini gue masih berharap keadaan akan balik ke kondisi sebelumnya. Yah, gue udah melanggar janji yang pernah gue ucap, soal gaakan bahas dia lagi.


But now, the real point is that I have to accept myself in order to move on. Pengennya. Tapi gue belom bisa lepasin perasaan-perasaan ini. Belom lagi saat gue mulai suka orang lain lagi, dia muncul lagi. Sekarang aja bangun tidur suka sesek nafas sendiri, nafsu makan mulai turun (kecuali pas dibayarin makan, of course), badan yang mulai lemes gara-gara kebanyakan mikir... (oke itu ga masuk akal, badan gue lemes gara-gara sering bergadang akhir-akhir ini) Seakan langit yang terang akhir-akhir ini terasa gelap, gue merenung tiap kali gue bergerak. Apapun yang gue lakukan, ada aja yang gue pikirin. Bahkan, gue sempet liat mereka makin deket tiap harinya. Well, it's the fasting time of the year. Wajar sih dia perhatian. Gue yang dulu gapernah dapet perhatian lebih dari dia jadi ada bibit-bibit irinya, hehe.


Now that I have someone new... I have to do something in order to keep the feeling last long, or I'll just let it falter away now. Not that I thrive for it though.. Percuma, kan, temen-temen lu ngajak main tapi pikiran lu malah ngalong ke "dia" terus?


Even with these circumstances that would make my will falter, I'll just keep on hanging on my single thread of hope. Prayin' it would be all right. Meh, it's short, but I have to end this. See ya next time, adios~

Comments