New Chances, Courage, and Possibilities
"What would you do if you had a chance to get close to her again?"
Pertanyaan ini sukses membuat gue berpikir panjang selama satu malam penuh sebelum ujian. Dan doa yang gue panjatkan malam itu dikabulkan. I met her. Again.
Sabtu, 9 Juni 2018
Hari ini gue tidur jam 3 pagi. Bangun telat, ke kampus ga pernah telat. Gue ga ngerti kenapa tiap kali gue berkeinginan untuk telat masuk kelas selalu terhadang sama lancarnya lalu lintas, adanya entitas dalam diri gue yang automatically buat gue jalan dari rumah selalu 1 jam lebih awal dari waktu tapping di kelas. Ya, kadang bisa 2 jam sebelom sih, gara-gara emang gabut di rumah. Hari ini juga santai, gaada masalah, besok gue mau jalan buat main. Biasa, sometimes you need to replenish your passion on your hobbies. Kuliah lancar, gaada masalah, presentasi tugas semua udah kelar, apa lagi?
Oh, hari ini gue mau copy file permintaan dari bos besar. Yah, bentar lagi bakalan libur 2 minggu, jadi kami ga ngumpul-ngumpul main dulu, karena bos besar dan kawan-kawan lagi balik ke rumah masing-masing, hehe. Things are fine. Things are good. Everything's under control. I'm ready for tomorrow. Deck, OK. Music, OK. Bag, OK. Power Bank, OK. Time to sleep, and let's rock tomorrow!
Minggu, 10 Juni 2018
Gue nyengir-nyengir sendiri pas bangun. What happened?
Ternyata gue mimpi. Berduaan sama doi yang ternyata sampe sekarang gue belom bisa move on. Ya, dia yang pernah singgah di hati gue. Dia yang pernah membuat gue senang dan sedih secara bergilir. Dia yang pernah gue buat kesel hanya karena opini gue yang salah di mata dia. Dia yang mampu membuat air mata gue turun on her best day, secretly. Gue terbangun dengan posisi kepala yang tidak seharusnya seperti itu. 100 derajat dari posisi normal, ke arah kiri. Sakit emang, tapi rasanya gaada karena ketutup sama perasaan dari mimpi yang for me, it could be one of the best dreams I could remember.
Why so? Di sana, gue jadian sama dia. Doing sweet things that couple normally do. Cuddling each other, saying cute and sweet things to each other. Laying each other's head to each other's shoulder. Pat each other when good things happen. Berlebihan mungkin gue deskripsiinnya, tapi gue seneng banget. To the point I remembered that one point I said something to her. That is, to promise her whatever happens, I'd always stay with her, and never let go from her.
Sepanjang jalan gue senyum-senyum sendiri. Ya, perjalanan ke tempat di mana biasanya gue main kartu sama temen-temen. Ga, bukan kartu judi. Ini adalah permainan di mana kalo kata orang tua cuma buat anak kecil tapi faktanya banyak banget bapak-bapak yang udah hampir botak yang masih main dan harga deck-nya luar biasa mahal. Gue sih seneng main sama anak-anak baru, gue juga bawa salah satu temen gue dari SMP, and we're going home after eating lunch. Pulang, gue cerita sama salah satu orang yang paling bisa gue andalkan kalo mau ngebacot, walau kerjaan dia cuma dengerin. Ya, salah satu keinginan gue terwujud sih, punya temen yang lumayan deket dan mau dengerin apa aja bacotan gue. Sebenernya ada, cuma orang yang bersangkutan lagi sibuk, jadi gue ga gitu enak buat ngajak ngobrol.
Sesi berbagi opini dan mencoba menilai cara pikir orang dimulai. Gue sempet nyesel karena gue memutuskan untuk tidak berkomunikasi lagi, karena gue takut buat dia ill-feel dan membuat kesan buruk. Dia juga bilang kalo dia bakal sibuk seiring dengan masuknya kuliah. Gue sempet liat sih, jadwal dia emang padet, gue jadi kasian sama dia. She's fragile, but firmly standing on to fight this harsh world, I admire her. "Mungkin dia mau liat apa reaksi gue kalo dikasi tau kayak gitu. Jujur waktu itu gue bener-bener ga mikir ke sana. Apalagi gue selalu ngerasa gaenak karena takut ganggu waktu nya cuma buat ngobrol sama gue (dan juga gue yang keliatan banget nyari topik sama dia buat obrolannya jadi keliatan lebih panjang).
Selasa, 12 Juni 2018
Salah satu sahabat gue dateng ke rumah, dan ga banyak cerita di hari ini. Gue cerita soal masalah hari minggu. Ya, orang ini adalah salah satu orang yang paling tau jatuh bangun usaha gue dari awal buat deketin doi yang gue singgung ini sampe titik di mana gue sama dia sekarang bener-bener gaada koneksi apapun, cuma sebates teman, dan itu pun kalo ketemu sekedar nyapa, ga lebih. Ngobrol banyak hal, dia numpang download game di rumah (ya, koneksi internet gue lumayan kenceng buat download 3 game sekaligus dan kelar dalam kurun waktu 30 menit), makan siang bareng, abis itu dia pamitan pulang. Gue mah lanjut aja riset soal TCG baru yang gue baru dalami akhir-akhir ini. Lumayan masih libur 1 minggu 6 hari.
Kamis, 14 Juni 2018
Gue jalan-jalan, liburan ke Pulau Tidung. Denger-denger nih, katanya ada yang namanya Jembatan Cinta, yang konon kalo kata tour guide yang mandu keluarga gue, sekali terjun udah ga jomblo. Gue mah percaya ga percaya, because the one who's handling my relationship is God. But it's worth a try, jadi gue coba. Siangnya main-main di rumah sewaan, sorenya jalan ke pantai. Penasaran, pengen cepet-cepet ngerasain jatuh dari ketinggian 3 meter, melesat ke laut yang dalamnya 5 meter, gue memberanikan diri. Dengan mantap gue katakan sepanjang perjalanan, "God, I want to be with her."
Terjunlah gue. Pertama kali nya gue merasakan terjun dari tempat tinggi. Ga cuma pantat yang sakit karena tabrakan langsung sama permukaan, tapi juga gejolak jantung yang tiba-tiba serasa mau keluar dari tempat aslinya. I have no regret, I said in my heart. Gaada salahnya kan kalo bermimpi dan meminta dalam doa? Gue sih percaya, kalo dalam agama gue, doa orang benar besar kuasanya. Ga, gue ga bilang gue orang benar, gue masih banyak salah, tapi gue tulus minta dalam doa, hehe.
Selasa, 26 Juni 2018
Ga banyak yang terjadi selama 12 hari belakangan ini, kecuali gue yang tepar 3 hari sepulangnya dari Pulau Tidung karena keracunan makanan, pergi sama temen main buat nge-gym dan nonton film, menghabiskan waktu di rumah ngerjain proyek tugas akhir dan main sama temen-temen yang dateng ke rumah, dan meratapi hari-hari menjelang ujian tiba, tanpa belajar sama sekali. Gue mencoba melepas penat sehabis kuis, jadi gue nemenin "Momma" main bareng. Mau pulang, gue ketahan dan harus ikut rapat mingguan UKM yang ngadain game time tempat gue sekarang berada. Gue jadi kepikiran sesuatu.
Gue sampe rumah jam 8. Nyoba buat relaxing, gue mandi buru-buru dan buka laptop kesayangan. Gue mulai mikir sesuatu yang gue pikirkan barusan. Ya, minta maaf sama dua orang yang dulu gue sindir terus in my dark days, few months ago. Gue merancang kata-kata layaknya anak kecil baru belajar ngomong, belepotan. Send it via messaging application, later on he calls me. Dia ngajak ngobrol, gue ucapin ulang apa yang gue ketik, belepotan lagi. Turns out he already forgave me. Gue lega banget, karena kami sama-sama gamau punya masalah dan mau temenan satu sama lain sebenernya. Tinggal satu masalah, mantan doi. Ya, yang sekarang sama orang yang pertama kali gue datengi untuk minta maaf. Dia yang sering gue mention di blog ini. Sedikit grogi saat panggilan kedua datang dan dia akhirnya ngobrol lagi sama gue. Suatu kesempatan yang buat gue hampir ga akan pernah bisa datang, beneran datang dan terjadi.
Senin, 9 Juli 2018
Gue main-main ke Binus Square, gabut di rumah. Sekalian clearing up masalah sama salah satu sahabat gue, gara-gara kesalahpahaman pas ngerjain tugas akhir. Dia mulai lelah sama pacarnya, cerita-cerita dan minta pendapat gue. Jujur gue belom ngasih pendapat apa-apa. Toh, dia juga udah tau apa jawaban gue atas semua masalah dia kalo udah sama itu cewe yang gue gamau bahas sebenernya karena males tapi karena masih temen jadi mau ga mau gue bahas. Gue mah udah bodo amat sama hubungan mereka, karena dia juga yang minta buat ga dikasi advice. Kami main kartu, terus siangnya turun buat makan (kami main di kamar soalnya). Lagi jalan ke kantin ditanyalah sama sahabat gue ini. "Pet, kalo misalnya lu dikasih kesempatan buat ngedeketin dia lagi gimana?"
Sontak gue kegirangan.
"Weh, lu harus denger pertanyaan dia barusan. Retorik banget dah asli."
"Retorik itu sesuatu yang ga perlu di jawab, bego!"
"Ya makanya gue bilang itu retorik. Kalian tau jawaban gue, mau lah!!"
Pulang, gue langsung tidur. Kebangun cuma gara-gara ada niat belajar buat ujian besok dan mikir, apa bener bisa? Gue, yang masih takutan sama dia, bisa baikan dan ngobrol lagi kayak dulu, tapi ga keliatan kayak nyari topik? Pertanyaan yang dilontarkan sama sahabat gue ini sukses buat gue gabisa tidur. Gue doa aja, "Tuhan, kalo memang bisa, apakah aku bisa melakukannya? Jika memang bisa, beri aku kekuatan, amin."
Selasa, 10 Juli 2018
Boom. I couldn't believe my eyes. She's watching the class where I take my exam is. God answered my prayer yesterday. Sontak juga temen-temen gue ngecengin dong. "Paling pertama ya, Pet?" Ini gara-gara pas pintu dibuka, gue langsung tanya dia kalo udah bisa masuk ato belom. God really works in such marvelous way. Gue duduk di posisi ke-3, dan 2 posisi sebelom gue kosong. Alhasil gue di absensi duluan sama dia. She's as cute and pretty as the first time we met. My friends succeed in making me and her flustered.
Kenapa? Karena sahabat gue kemaren bilang gini. "Ya kalo bisa kenapa engga? Dia bilang mau kok, asalkan lu kurangin sifat batu lu." Anda salah ngasi tau orang, nak. Sifat batu gue cuma muncul kalo ada sesuatu yang gue rasa paling tau, udah paling bener, dan ada yang ga sependapat sama gue. Yaudalah, gapapa, malem ini gue setidaknya bisa tidur dengan tenang, karena gue bisa liat muka dia lagi. Selesai ujian, kartu mata kuliah gue bakal gue laminating dan gue pajang buat kenang-kenangan. Ada 2 tanda tangan dia soalnya. Iya, lebay, suka-suka. Orang punya gue.
Panjang ya? Iya lah, kali ini sedikit berbeda. Gue bikin versi diary biar ga bosen, terus kalian bisa tau kronologi kejadian apa aja yang gue alami sepanjang 1 bulan terakhir ini. That's all for this time's post, see ya at the end of July, there'll be a special post, right in the morning. Stay tune at 8 AM for it. See ya next time, my lovely readers. Adios~
Ga banyak yang terjadi selama 12 hari belakangan ini, kecuali gue yang tepar 3 hari sepulangnya dari Pulau Tidung karena keracunan makanan, pergi sama temen main buat nge-gym dan nonton film, menghabiskan waktu di rumah ngerjain proyek tugas akhir dan main sama temen-temen yang dateng ke rumah, dan meratapi hari-hari menjelang ujian tiba, tanpa belajar sama sekali. Gue mencoba melepas penat sehabis kuis, jadi gue nemenin "Momma" main bareng. Mau pulang, gue ketahan dan harus ikut rapat mingguan UKM yang ngadain game time tempat gue sekarang berada. Gue jadi kepikiran sesuatu.
Gue sampe rumah jam 8. Nyoba buat relaxing, gue mandi buru-buru dan buka laptop kesayangan. Gue mulai mikir sesuatu yang gue pikirkan barusan. Ya, minta maaf sama dua orang yang dulu gue sindir terus in my dark days, few months ago. Gue merancang kata-kata layaknya anak kecil baru belajar ngomong, belepotan. Send it via messaging application, later on he calls me. Dia ngajak ngobrol, gue ucapin ulang apa yang gue ketik, belepotan lagi. Turns out he already forgave me. Gue lega banget, karena kami sama-sama gamau punya masalah dan mau temenan satu sama lain sebenernya. Tinggal satu masalah, mantan doi. Ya, yang sekarang sama orang yang pertama kali gue datengi untuk minta maaf. Dia yang sering gue mention di blog ini. Sedikit grogi saat panggilan kedua datang dan dia akhirnya ngobrol lagi sama gue. Suatu kesempatan yang buat gue hampir ga akan pernah bisa datang, beneran datang dan terjadi.
Senin, 9 Juli 2018
Gue main-main ke Binus Square, gabut di rumah. Sekalian clearing up masalah sama salah satu sahabat gue, gara-gara kesalahpahaman pas ngerjain tugas akhir. Dia mulai lelah sama pacarnya, cerita-cerita dan minta pendapat gue. Jujur gue belom ngasih pendapat apa-apa. Toh, dia juga udah tau apa jawaban gue atas semua masalah dia kalo udah sama itu cewe yang gue gamau bahas sebenernya karena males tapi karena masih temen jadi mau ga mau gue bahas. Gue mah udah bodo amat sama hubungan mereka, karena dia juga yang minta buat ga dikasi advice. Kami main kartu, terus siangnya turun buat makan (kami main di kamar soalnya). Lagi jalan ke kantin ditanyalah sama sahabat gue ini. "Pet, kalo misalnya lu dikasih kesempatan buat ngedeketin dia lagi gimana?"
Sontak gue kegirangan.
"Weh, lu harus denger pertanyaan dia barusan. Retorik banget dah asli."
"Retorik itu sesuatu yang ga perlu di jawab, bego!"
"Ya makanya gue bilang itu retorik. Kalian tau jawaban gue, mau lah!!"
Pulang, gue langsung tidur. Kebangun cuma gara-gara ada niat belajar buat ujian besok dan mikir, apa bener bisa? Gue, yang masih takutan sama dia, bisa baikan dan ngobrol lagi kayak dulu, tapi ga keliatan kayak nyari topik? Pertanyaan yang dilontarkan sama sahabat gue ini sukses buat gue gabisa tidur. Gue doa aja, "Tuhan, kalo memang bisa, apakah aku bisa melakukannya? Jika memang bisa, beri aku kekuatan, amin."
Selasa, 10 Juli 2018
Boom. I couldn't believe my eyes. She's watching the class where I take my exam is. God answered my prayer yesterday. Sontak juga temen-temen gue ngecengin dong. "Paling pertama ya, Pet?" Ini gara-gara pas pintu dibuka, gue langsung tanya dia kalo udah bisa masuk ato belom. God really works in such marvelous way. Gue duduk di posisi ke-3, dan 2 posisi sebelom gue kosong. Alhasil gue di absensi duluan sama dia. She's as cute and pretty as the first time we met. My friends succeed in making me and her flustered.
Kenapa? Karena sahabat gue kemaren bilang gini. "Ya kalo bisa kenapa engga? Dia bilang mau kok, asalkan lu kurangin sifat batu lu." Anda salah ngasi tau orang, nak. Sifat batu gue cuma muncul kalo ada sesuatu yang gue rasa paling tau, udah paling bener, dan ada yang ga sependapat sama gue. Yaudalah, gapapa, malem ini gue setidaknya bisa tidur dengan tenang, karena gue bisa liat muka dia lagi. Selesai ujian, kartu mata kuliah gue bakal gue laminating dan gue pajang buat kenang-kenangan. Ada 2 tanda tangan dia soalnya. Iya, lebay, suka-suka. Orang punya gue.
Panjang ya? Iya lah, kali ini sedikit berbeda. Gue bikin versi diary biar ga bosen, terus kalian bisa tau kronologi kejadian apa aja yang gue alami sepanjang 1 bulan terakhir ini. That's all for this time's post, see ya at the end of July, there'll be a special post, right in the morning. Stay tune at 8 AM for it. See ya next time, my lovely readers. Adios~
Comments
Post a Comment