What It Feels Like to Be Born

Bulan Juli. Bulan di mana gue memulai kehidupan gue. Dari gue masih dalam kandungan, berontak keluar sabtu pagi, dan tumbuh menjadi anak yang hiperaktif dan cerewet. Yes, this is my month of birth. I'm going to tell you some fun things about me in this special day.

Apa itu hidup?

Buat gue, dulu sebenernya hidup itu cuma sebuah misteri. Tiap kali gue naik sepeda jalan-jalan keliling kompleks waktu SD, naik motor mulai dari SMP, sampe akhirnya gue sekarang duduk di bangku kuliah, gue selalu mikir. Apa maksud hidup ini, kenapa gue bisa ngelihat dan ngerasain sesuatu, apa yang ada di pikiran orang-orang saat liat gue. Banyak. Gue juga sering berpikiran tentang apa yang terjadi if I were on someone's shoes. Tiap gue kembali ke tempat ini, di mana gue bisa utarakan semua otak gue, gue selalu mikir sesuatu. Ya, kalian tau persis kalo kalian ngikutin postingan gue selama ini kalo gue jomblo akut. Udah ditolak lebih banyak dari jumlah tahun gue hidup di muka bumi ini.

Tahun ini ga jauh berbeda dari tahun-tahun sebelomnya. Bedanya, cuma gue punya temen baru aja. Dan punya aktivitas baru, dan mainan baru. Tetep aja ada gitu rasa hampa pas lagi main bareng temen-temen, entah itu lagi Dota, main TCG, ataupun board game. Tiap kali gue pergi ibadah ke gereja, ada aja yang bikin gue mikir. Sebenernya gue ini dikenal baik ga sih? Let me tell you one story on this. Gue akhir-akhir ini merasa kalau yang bener-bener terima gue cuma yang emang satu komunitas komsel. Like, I feel left out. I dunno, only God knows the answer to this problem.

Hidup gue ga bisa dibilang mewah, ga bisa dibilang kurang. Standar tapi kesulitan. Do you understand? Ini juga buat gue mikir, sebenernya hidup itu untuk apa? Gue liat banyak banget orang-orang di luar sana yang selesai SMA langsung cari kerja, entah di mana pun. Gue sebenernya ngerasa bodo amat pas awal-awal, tapi sekarang gue begitu desperate buat nyari kerja. Yah, sekedar ngurangin beban ortu aja gara-gara tiap minggu ngasih uang jajan di saat kerjaan lagi seret dan tahun ini (katanya) lagi kondisi buruk buat ekonomi pertahunnya. Gue hidup di antara temen-temen seadanya yang biasa suka ngumpul di rumah siapapun dan makan mie instan kalo laper, dan di antara "temen-temen" kaya yang tiap hari jalan-jalan ke mall, buang duit buat makan dan main, dan cuma ngajak ato nyari pas ada butuhnya. Typical, I know. It's too stereotypical. I kinda hate this.

Bangun tiap pagi, buka hape berharap ada yang ngajak chat, bukan dari doi, tapi dari siapapun yang tau keadaan gue, sekedar buat nanyain kabar hari ini. Main game tiap hari, belajar buat mata kuliah kalo lagi niat ato ada tugas, gitu-gitu aja kerjaan gue, dari Januari sampe sekarang ini. Bener-bener ga kerasa setengah tahun gue jalani kayak gini. Tapi dibilang gue ga having fun, kalian salah. I am having fun. I'm enjoying my life the fullest.

Dibilang gue anak nakal sih, antara iya dan ga. Iya karena I'm still struggling with worldly desires (ya, the urge to have the sensation below there). Ga karena gue ga ikut-ikutan anak-anak jaman sekarang yang selalu hang out pake minuman beralkohol dan ngerokok trus pulang pagi-pagi jam 3an dan alhasil bawa pulang kandungan beberapa bulan kemudian. Kan ga lucu kalo gue belom punya kerjaan udah punya anak. Itu pun cuma bisa jadi khayalan karena ngegebet 1 cewe aja butuh keberanian dan ketekunan 5 tahun dan akhirnya belom sampe seminggu udah ditolak. -sighs-

19 tahun gue menginjakkan kaki di bumi ini. Tanah kelahiran gue, Indonesia, tanah adat gue, Bangka, tempat masa kecil gue, Tangerang, dan sekarang gue merajut jalur cerita gue di Jakarta. 19 tahun emang ga pendek, juga belom panjang buat gue. Masih banyak banget hal-hal di luar sana yang gue gatau dan ga paham sama sekali. 19 tahun adalah waktu yang udah Tuhan kasih ke gue. Dan begitu banyak kejadian yang membuat gue bisa menjadi sekarang ini, semua berkat jalur kehidupan gue. Pilihan-pilihan yang akhirnya gue pilih di antara semua pilihan yang tersedia buat gue membuat gue ada sekarang ini. Dan sampe saat ini gue masih bisa hidup ya karena Tuhan dan masih ada temen-temen yang peduli sama gue.

Ah, gue lupa. Semua orang yang pernah singgah di kehidupan gue juga. Yang sering muncul dan kasih gue pelajaran-pelajaran hidup secara ga langsung. Mulai dari gue TK sampe beranjak kuliah sekarang. Dari gue masih ngompol di kasur sampe gue bangun ga perlu alarm. Dari lucu dan lugu sampe bejat dan bebal. I couldn't have enough time to thank all of them that have taught me until now. Bahkan buat orang-orang terdekat buat gue sekarang, gue belom punya sempet waktu buat utarakan semua rasa bersyukur gue buat mereka.

Alhasil, gue menyampaikannya di sini, di blog kesayangan gue, yang udah gue besarkan dari awal. 20 Januari 2016, bukan hal yang mudah buat gue keluar dari kebiasaan tidur di kelas dan memulai tulisan ini. Sampe ke titik di mana gue punya lebih banyak cerita yang mau gue bagikan ke kalian para pembaca setia kesanyangan gue. Gue ga peduli mau seberapa banyak yang baca, asal gue bisa bagiin cerita ini ke siapapun.

Hari ini, gue berdiri. Menjalani 1 tahun lagi. Hari-hari kulewati, hanya sendiri, tanpa kekasih. Sip gue malah nyanyi, maaf ya, abis gaada yang gandeng. Tuhan belom kasih liat gambaran doi yang Dia mau kasih ke gue soalnya.


Apa kalian pernah berpikir buat ga ngelanjutin hidup karena satu dua hal? Gue pernah. Apa kalian pernah berpikir buat mencoba memperbaiki hubungan yang rusak akibat kelaukan kalian sendiri? Gue pernah. Apa kalian pernah nyoba buat memenuhi keinginan kalian padahal kalian ga punya apa-apa baut ngeraihnya? Gue pernah. Semua itu pernah jadi pelajaran hidup gue. 19 tahun ini ga sia-sia, karena ada suatu rencana yang baik, dari atas sana. Believe it or not, we are all living in an era which is already going towards extinction. We are straying further from God each day. Bukan mau munafik, karena gue juga masih merasakan nikmat duniawi. Tapi gini, kawan-kawan. Coba kalian duduk 5 menit cuma buat merenungkan apa aja perbuatan baik kalian selama sehari atau seminggu kalian beraktivitas. Syukuri hidup karena kita gaada yang tau apa yang bakalan terjadi sama kita ke depannya. Siapa yang bisa tau? Kita bukan Roy Kiyoshi, yang bisa "merasakan adanya gangguan supranatural" di dekat kalian.


Gue bersyukur. Gue punya kesempatan baru untuk memperbaiki hubungan yang gue sendiri hancurkan, dan keadaan mulai membaik sejak saat itu. Gue juga punya lebih banyak kesempatan yang baik, bukan karena usaha gue, but there's an entity that's always with us whether you believe it or not. That's God for ya. Semua pengalaman hidup, semua cerita yang gue bagikan ke kalian (ya walau ga semua), ya itu semua adalah perjalanan asli hidup gue dari gue kecil dan memulai tulisan ini sampe sekarang. Dedikasi, kalo kata salah seorang temen gue di kampus (belom pernah ketemu langsung, tapi gue rasa kami cocok kalo jadi temen). Maybe the word "perseverance" could suit me well. Gapapa pembaca dikit, yang penting gue mau cerita sama kalian.


Thank you all for your time, reading this long and time-wasting post that I made, with all my heart. I know it's kinda boring. Still, I want to share what I have felt these 19 years being alive. That is, the best moments I'm having right now. I hope you all would want to read my contents, and willing to wait for another stories that are yet to be seen for me too.


Jangan nyerah kawan. Apapun kesulitan kalian, syukuri aja. Inget, gaada badai yang berkelanjutan selamanya. Badai pasti akan berlalu dan dunia akan jauh lebih baik saat kita yakin. Saatnya menjalani 1 tahun lagi, sampe menyentuh angka 20. Siapa tau gue akhirnya bisa ngegebet cewe (amin kan saja lah ya, hehe). Well, it's time for me to end this. One more time, thank you so much! Adios~

Comments