Ephemeral -verse 2-

“Big boys don’t fight. They shoot low and aim high. They eat up but stay thin. They stand out, then fit in.” – ONE OK ROCK

Gue sebenernya bukan seseorang yang bisa benci sama orang dengan gampang. Kata temen gue malah gue itu terlalu baik sama orang, jadi naif dan gampang buat di-“bego”-in sama orang lain. Mungkin itu akhirnya kenapa gue merasa nyesel tiap kali abis bantuin orang. In this world, there are some truths that are better left untold. Biasanya gue selalu bilang ke orang tentang apa yang gue rasakan, tapi timbal balik yang gue terima adalah kalo ga dikacangin, diceramahin, atau (kalo lawan bicara gue merasa dia pernah merasakan yang lebih parah dari yang gue rasakan) di-iya-in aja. Sama orang tua juga begitu. Kalo anaknya minta sesuatu, misal mau ke dokter gara sakit apa, pasti ada aja alesannya. “Kamu sih makan ga teratur, kurang istirahat.” Padahal mah ini nutupin kalimat “Ga punya duit.”

Menjalani bulan pertama di tahun baru, gue jadi banyak baca horoskop. Sejujurnya gue ga percaya, cuma ada beberapa horoskop yang memang bener terbukti. Apa mungkin karena gue bacanya malam hari, makanya gue merasa kadang horoskop ada benernya. Tahun 2019, kalo bagi keturunan Chinese itu tahun untuk Babi Tanah. Katanya, tahun ini gue bisa dapet pacar, asal ga cepet baper dan liat semua peluang yang ada. Gue orangnya ga peka, jadi gue ga yakin bisa liat itu “peluang” apa engga. Berkat horoskop tahunan yang gue baca, gue jadi sedikit memiliki harapan. Berkat horoskop ini juga gue malah jadi stres. Gimana ceritanya gue bisa liat segala macem peluang yang ada disaat gue suka baperan tiap kali liat cewe cakep lewat (oke, ini mungkin jijik buat beberapa kalangan, jadi maklum)? Bener aja gue baper lagi. Gue ketemu lagi sama cewe yang dulu pernah gue kasih full support ke salah satu bestie di kampus. I hate to admit it, but without me knowing it, I already have feelings for her. Shocking fact, gue bahkan sempet gugup ngobrol sama dia, cemen banget yah gue. Tapi karena gue inget temen dan apa yang pernah terjadi diantara mereka berdua, akhirnya gue mencoba menimbun perasaan gue yang entah dateng dari mana dan kapan. Pulang ke rumah gue malah baper sendiri. Sebel gue.

Kalo dipikir-pikir, gue jadi inget ketika dulu cuma masa TK dan SD gue bisa bilang kalo gue punya temen. I can’t help but thinking about one particular person every single night. Dia adalah satu-satunya temen yang bisa ngobrol sama gue sampe pagi, saling bagi cerita yang bisa dibilang absurd sama orang lain, dan kalo dia lagi gaada gue bisa ngobrol sama pacarnya. Bentar, lemme get this straight first. Gue belom pernah sama sekali ketemu sama cewe ini (sepanjang memori otak gue mengingatnya), dan kami cuma sebates ngobrol lewat LINE. Tapi masa-masa itu, cuma mereka berdua yang bener-bener gave me strength to go on this cruel unfair world, masa-masa pem-bully-an gue di SMP, masa-masa gue mengenal apa itu galau karena putus cinta dan ditolak melulu, dan kenyataan kalo your looks and appearances take over the hierarchy. They were the ones I admired and took example upon, and they will be for as long as I can live. Sayang banget gue udah gapernah ngobrol sama dia, terakhir ngobrol pas ulang tahun gue, which is tahun lalu. Itu pun gue ngobrol sama cewenya, terus kontaknya sekarang gaada, udah diapus. Terakhir banget gue kirim ucapan ulang tahun ke dia, dan cuma di-read. I wonder if they’re hanging on with college life like I do until now. Kalo kalian baca ini (semoga), sorry for not makng up much time to talk with you two. I hope you’re doing fine out there. Wish we could finally meet up because last time we parted ways without even seeing each other while on the same place, haha...

Mungkin kalian ada yang pernah berpikir ato nanya, “Gimana ceritanya lu bisa tau kalo dia, yang pernah sering bales IG Story lu, lagi deket sama cowo lain?” I just know. Gue ga sengaja keliatan chat dia sama cowo. I just hope that my thoughts were wrong. Balik lagi ngomongin soal cewe, ada beberapa hal menarik yang gue bisa ambil semenjak gue putus dari mantan pertama gue. Seperti yang gue bilang diatas, gue ga gampang benci orang. Kecuali kalo orang itu bisa bikin/membangkitkan trauma dalam hidup gue. Makan makanan pedes menjadi sebuah tindakan fatal buat gue, karena berkat hasil pekerjaan tangan dirinya yang pernah singgah dan membuat memar bagian dalam perut ini (gatau juga sih, gue pernah denger kalo mikirin sesuatu yang jelek maka hal itu akan membekas, mind power I guess?) membuat gue sama sekali gabisa toleran terhadap makanan pedes. Lada ato sambel masih kuat kalo dikit, tapi gimana kalo cabe potong? Ucapkan selamat tinggal sama pencernaan. Untung waktu itu lagu Yes or Yes belom turun, jadi gue masih punya pilihan “No” di hidup gue. Bayangin kalo dia minta ditemenin tiap hari, harus buang bensin dan waktu jalan ke tempet dia, dan pilihannya saat itu ngambil dari potongan lagu Twice, mungkin gue sampe sekarang jadi budak yang gaakan bisa putus dari dia karena mungkin dia bakal kasih semacem ultimatum kayak “Pokoknya kita gaboleh putus ya? Yes or Yes? Gue ga terima kata “No”.”

Gue sempet mikir, pernah ga orang mikir kalo gue kerjanya cuma cerita keburukan ato keresahan yang gue alami setiap harinya di sini, apa mereka mikir kalo gue ga bersyukur dan cuma bisa ngeluh karena apa yang gue alami setiap harinya. Well, there are some things that are more than meets the eye. Gue gaakan meminta kalian untuk take a look from my perspective, karena semua orang punya pemikiran yang berbeda-beda. Gue memang terlihat seperti orang yang gapunya harapan, yang cuma bisa menceritakan kekesalan diri di tempat lain, daripada diceritain ke orang terdekat. Gue punya trust issues yang cukup parah, sekalinya dikecewain gue susah buat percaya lagi. Iya, 2018 memang salah satu tahun penderitaan terparah gue. Tapi dari 2018 juga gue merasakan perubahan dan breakthrough baru dalam hidup gue. Akhirnya, masuk tahun baru, gue jadi lebih santai dari tahun sebelumnya. Dulunya gue benci banget sama mantan gue, sejujurnya gue masih mau kasih kesempatan lagi kalo emang dia buktiin kata-katanya to be a better human. Ya, gue juga masih berusaha untuk jadi lebih baik, I shouldn’t have hated her too much, my body couldn’t take the tolls anyway. Gue sangat bersyukur untuk 2018. Banyak banget pelajaran yang gue dapet dari kejadian pahit yang gue alami setahun ini. Gue juga bersyukur masih ada temen-temen yang mau terima gue as I am, karena bagi gue sendiri punya temen 1 aja udah bagus banget buat gue. Yah, walaupun akhirnya gue harus kehilangan 1 orang temen baik. Posisi itu harusnya udah lama ada yang nempatin, dan dia bisa aja sadar pas baca ini. Hi, pal. This is what I meant to you the other day. (gapapa sih kalo lupa, setidaknya jadi tau)

Looking back to the time I thought that you were One in A Million, you struck me down like a Footballer’s Touchdown. I could count from 1 to 10 and could dream Three Times a Day, because there’s Only You on my mind. Wow, I couldn’t think straight for 24/7, Missing U is one thing, and barely got myself at the end of the day looking like a Turtle. Don’t Give Up is up on my dictionary, that’s what makes me Rollin’ every single day. I would imagine myself getting Ice Cream for both of us in a sunny day, be a Heart Shaker making your heart flutter Like Ooh-Ahh, telling you that You’re in My Heart while licking on a Candy Pop, ring a Ding Dong and Knock Knock at your door when your days seem to be bad and make you “TT”, giving you thousands of Signals saying you can go One More Time to fight through the days, then Dance the Night Away so that you can Chillax. Today, I put My Headphones On, thinking Like a Fool because of the Truth that dropped me down like a Bulldozer. All those Likey I gave, all your boast about being a Sweet Talker, has made me from feeling Merry and Happy to a state that I myself am Going Crazy. Now, you have no other choice, as I’m leaving you away on the Love Line, trying to forget how cute you are wearing a Ponytail, let go of my Jelly Jelly attitude towards you, the one who’s Look at Me and telling me that you’ll always be my Brand New Girl. Now, as I’m collecting myself to Be as One, I’ll be saying Good Night one last time, hope you can find a better Candy Boy than me. Pit-a-Pat on him, so that he could fall and get your “Luv Me” charm. Farewell, Precious Love. This is a Yes-or-Yes option.

Terkadang dalam hidup kita harus jadi sebuah nanas. Kita bisa tetap tajam untuk melawan hal-hal buruk dari luar, memakai mahkota untuk menunjukkan jati diri kita, dan tetap manis didalam, setidaknya memberikan sedikit harapan bagi orang lain. Just like the old ephemeral times of disappointment and regret would finally go away and turn into a light of hope that make you stronger and sturdier, like you’re being forged into something amazing. Gue percaya dan yakin gue akan menjadi orang yang hebat, apapun bidang yang gue jalani nantinya. Untuk sekarang gue akan melatih diri, membentuk karakter yang lebih baik, dan mulai memberanikan diri untuk menghadapi hal-hal yang gue takuti sebelumnya. Thanks all for reading. I hope you all dearest readers stay healthy. Now, let us welcome once again this new year with a bright face and a will to stay persistent in any situation that may come. Adios~

Comments

  1. Bikin buku dong Peter

    ReplyDelete
  2. Jika anda butuh editor、silahkan hubungi saya ;)

    ReplyDelete
  3. Life is like a smoke, it takes one shape and transforms into another. When you try grab into it, it will slip right through your fingers. Since, you can't control life, you should stop trying. You can only control over one thing and that is your attitude towards the present moment. Stop worrying and try to enjoy the present moment

    ReplyDelete
  4. kenapa harus jadi sebuah nanas, kalau bisa jadi terang dan garam dunia

    ReplyDelete

Post a Comment